Rabu, 12 Agustus 2009

Republik Genthonesia (Maju Perut Pantat Mundur)

Judul Buku : Republik Genthonesia (Maju Perut Pantat Mundur)
Editor : Farid Ikhsan Asbani
Penulis : Mbah Dipo
Penerbit : Pro You (Kelompok Penerbit Pro U Media) 2009
Tebal : 354 Hal

Suatu ketika, tanpa ba-bi-bu dan pa-pi-pu seorang bernama Ndoweh ingin menjajal hasil karya kawannya yang sedang membuat onde-onde ceplus, setelah dua detik mengunyah dan menelan mentah-mentah adonan yang sebenarnya belum matang beneran ia pun nyeletuk,
"Bluueeh..! weks..! kok rasanya gak nggenah babar blas gini kang. bisa masak nggak sih kang sampeyan...? Onde-onde ceplus kok berantakan rasanya.."
kontan saja sang kawan yang memiliki nama tak kalah nyentrik, Mbleweh itu pun nyureng tanda tidak terima. mulutnya komat-kamit sambil menyemprot balik protes si ndoweh,
"Wooo..dapurmu..! Lambemu ndoweh kuwi..! ha wong barang mentah kok diunthal. yo genah pating klenyit rasanya. ha mbok sabar, nunggu ini di goreng dulu. kalo sudah mateng, silaken dinilai. ha wong barang mentah sudah di komentari..cah gemblung..!"
setelah menyadari ketololannya, ia pun memohon maaf atas komentar bernada protesnya itu dan mengakui kekeliruannya. ia menyadari ke-sembronoannya memakan adonan mentah dan mengakui dengan tulus sikapnya yang sok tau, sok nekat dan sok berani itu.
"Makanya sabar. Gak usah buru-buru nyacat. mending kamu mbantu mbikin glindingannya. biar cepat selesai."
saran mbleweh akhirnya di laksanakan oleh ndoweh dengan hati riang gembira.

cuplikan di atas hanya sebuah misal, sebuah uraian yang dengan cerdas di angkat sang penulis dalam meng-analogikan betapa, segala sesuatu di dunia ini membutuhkan proses yang tak mudah dan pintas.
apalagi sebuah keberhasilan. sebuah catatan panjang yang di sadari atau tidak sering membuat kita merasa paling hebat. tetapi juga dengan begitu mudahnya menilai negatif orang lain. tanpa mau menilik ke belakang bagaimana orang tersebut telah menjalani proses yang rumit, keras dan tak ramah demi hingga akhirnya mencapai puncak kejayaan.
betapa, segala sesuau yang ada di dunia ini adalah sebuah ladang amal. segalanya di tujukan sebagai bentuk penghambaan kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, juga sebagai bentuk penghargaan dan juga penerimaan kita akan adanya orang selain diri kita yang harus kita perlakukan sebagaimana kita ingin di perlakukan.
tidak ada sesuatu yang gratis di dunia ini. bahkan untuk mencapai kebahagiaan saja perlu membayar. apa bayaran itu? dia adalah Pengorbanan. suatu harga yang tak bisa di tawar lagi.
pengorbanan dalam menjalani proses, dan pengorbanan dalam menjaga harga diri ketika telah sampai pada puncak kejayaan dan keberhasilan.
pengorbanan itu bisa berupa Waktu, Tenaga, Materi, bahkan Nyawa.
tidak sedikit orang yang ingin berhasil namun di tengah jalan keburu di panggil yang maha kuasa, belum sempat mengecap manisnya keberhasilan, bukan? namun, sebuah proses tentu saja memiliki harga "lebih" di sisi Tuhan.

Kisah Ndoweh dan Mbleweh di atas adalah satu diantara 56 kumpulan kisah cerita unik yang ada dalam buku ini.
Banyak hal yang bisa menjadi renungan bagi kita, seperti beberapa kisah di halaman 13-15 yang mengkritisi zaman modern saat ini. Anak-anak remaja sampai orang tua menjadi korban iklan. Mereka lebih PD memakai produk luar negeri dari pada negeri sendiri. Rela membeli brand produk daripada kualitas, kemanan, dan kemajuan hasil karya negeri sendiri. Dalam segala lini mulai dari makanan, tempat tinggal dan juga gaya hidup semua mengadopsi mentah-mentah tanpa sharing dari negara barat. Bahkan dunia pendidikan, cara beribadah, cara berpikir, cara bersikap pun sudah made in barat.
Dan itu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.
Lebih bangga meng-agungkan negara lain dan lebih malu mengakui negara sendiri. Inilah sindiran halus tentang sebuah nasionalisme berbangsa yang mulai terkikis dan semakin parah.
Juga, masih pada halaman tersebut di atas. Tentang sindiran pada kualitas akhlak. Satu pertanyaan yang cukup cerdas. Menjadi pemikiran lebih lanjut, bagaimana dengan akhlak kita? apakah sudah sama dengan Rasulullah? Mendekati Rasulullah? Atau sudah Persis dengan Rasulullah?
Betapa untuk mencontoh akhlak Rasull saja membutuhkan waktu bertahun-tahun dan pemikiran yang sangat lama, sementara untuk mencontoh “Akhlak” Grup Band saja satu jam jadi. Betapa ternyata__di sadari atau tidak, diri kita menjadi orang yang sangat perhitungan dengan aturan Tuhan. Padahal kita tahu, Tuhan tidak perhitungan jika ingin memberikan karunia RahmatNYA pada semua ciptaanNYA.
Dan mash banyak lagi kisah menarik lain yang begitu menohok sisi kesadaran kita sebagai individu juga mkhluk sosial juga sebagai hamba yang berTuhan.
semuanya, bercerita tentang permasalahan yang dekat dengan kita, obrolan-obrolan ringan namun mengena yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Ruang kisah yang sernpit dijadikannya wahana yang intens namun tidak sesak untuk rmembahas permasalahan yang beragam mulai dari persoalan rumah tangga hingga negara. apa yang tak selalu mampu dikatakan. Lewat bahasa yang memasyarakat bahkan sangat awam , serta penyampaian yang luwes, namun tetap ber-etika, yang digarap dengan sederhana, cerdas, elegan dan jernih, pembaca diajaknya menjelajahi halaman-halaman kecil dalam kisah-kisah yang___bisa jadi pernah juga di alami oleh pembaca sendiri.
lewat tokoh "Simbah" dalam buku ini, pembaca di ajak untuk lebih melek diri juga situasi. tidak hanya bergumul dengan persoalan intern dalam rumah tangga tetapi jauh meluas menjelajah persoalan masyarakat juga negara.

Meski ada banyak sekali istilah dalam bahasa jawa yang "tak biasa" karena memakai dialek bahasa jawa dari tempat tertentu, namun buku ini cukup pantas menjadi acuan ataupun referensi untuk memberanikan diri dalam mengungkap fakta tentang kebobrokan diri, serta masyarakat bahkan negara.
tak ada persoalan yang tak di iringi dengan kritik, buku ini bisa di jadikan patokan langkah untuk membuat diri berani mengakui kesalahan, ke tidak jujuran dan juga kebodohan yang selama ini menjadi tameng untuk melawan kebenaran.

Ada sebuah kenikmatan tersendiri ketika kita membaca paparan cerita demi cerita nyata dalam buku ini, selain karena bahasa dan penyampaiannya yang luwes dan me-masyarakat, karena isi dari tiap kisah ini begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. mungkin juga kita akan menunduk malu karena merasa bahwa apa yang tertuang dalam buku ini pernah kita alami.
Sebuah buku yang Menggugah kesadaran akan siapa kita dan untuk apa kita di cipta di dunia ini.
Menggugah kesadaran kita, bahwa ternyata sebuah kerusakan yang terjadi di muka bumi ini bukan saja kesalahan perorangan namun karena kurang pekanya kita sebagai makhluk sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar